Minggu, 24 Juni 2012

Hipertensi Serang Orang Muda


Hipertensi Makin Banyak Diderita Orang Muda

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang sering dijumpai seiring dengan bertambahnya usia. Namun, kini penyakit ini semakin banyak diderita orang muda. Di Amerika, sekitar 1 dari 5 orang berusia kurang dari 35 tahun menderita hipertensi.

Karena tidak menimbulkan gejala, banyak orang mengabaikan hipertensi. Padahal, penyakit ini berkaitan erat dengan penyakit jantung, gagal jantung, stroke, serta gagal ginjal.

Penelitian yang dilakukan National Institute of Health Amerika terhadap 14.000 orang berusia 24-32 tahun menemukan 19 persen responden menderita tekanan darah tinggi.

Penyebab hipertensi umumnya sulit ditentukan dan keadaan ini berhubungan dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Itu sebabnya kebiasaan memeriksakan tekanan darah secara teratur merupakan kebiasaan yang baik untuk kesehatan.

Walau obat-obatan hipertensi semakin maju, terapi utama hipertensi selalu dimulai dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi pengaturan makan, menghindari konsumsi garam berlebih, dan olahraga teratur. Jika upaya nonfarmakologis ini tidak berhasil, baru digunakan obat hipertensi.

Sumber: Kompas.com, 26 Mei 2011

Manfaat Seks Sehat

Petik Manfaat Seks Sehat

Pada dasarnya, kebutuhan hidup manusia ada dua, yaitu kebutuhan lahir dan batin. Kedua kebutuhan dasar tersebut harus terpenuhi secara seimbang untuk memperoleh hidup yang berkualitas, tak terkecuali untuk urusan kebutuhan seksual.

Kebutuhan seksual dalam sebuah pasangan merupakan bentuk yang konkret dari sebuah komunikasi dua arah yang memiliki satu definisi, yaitu cinta. Terpenuhinya kebutuhan ini akan bermuara kepada kebahagiaan. Di luar itu, ternyata banyak studi kasus yang menunjukkan bahwa kegiatan seksual yang sehat dan dilakukan secara teratur memberikan banyak manfaat.

Efek Bercinta secara Teratur:

1. Mengurangi Risiko Serangan Jantung
Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita maupun pria yang melakukan hubungan seksual lebih dari dua kali dalam seminggu, maka hal tersebut akan mengurangi risiko serangan jantung. Ketika melakukan hubungan seksual yang aman jantung akan berdetak lebih cepat, yan gjuga akan memompa peredaran darah dengan lebih cepat.

2. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Melakukan kegiatan seksual ternyata juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Dari hasil penelitian seorang ginekolog bernama Dr Dudley Chapman menunjukkan bahwa dari 24 pasien penderita kanker payudara yang pernah mengalami atau mencapai orgasme secara teratur, mereka memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat dalam menghadapi penyakit.

Menurutnya, orgasme akan meningkatkan sel-sel yang berfungsi melawan infeksi penyakit hingga 20 persen. Dengan bercinta secara teratur, jumlah antibodi imunoglobulin A (IgA) akan meningkat. Hal ini membuat tubuh lebih kuat menghalau penyakit paling umum, seperti demam dan flu ringan.

3. Mengurangi Stres
Aktivitas seksual juga dapat menyebabkan jiwa lebih bahagia dan mengurangi stres. Dengan hubungan yang teratur, tubuh juga akan terhindar dari sakit kepala, susah tidur, dan kram. Hal ini dibuktikan dengan sebuah penelitian bahwa hubungan seksual akan menimbulkan hormon oxytocin yang dialirkan ke seluruh jaringan otak. Hormon oxytocin merangsang terbentuknya hormon endorfin yang dapat menyebabkan efek santai.

Aktivitas seksual juga menghasilkan semacam obat penenang, yaitu ketika melakukan hubungan seksual dan mengalami orgasme karena pada saat itu otot-otot mengejang dan mengalami saat-saat yang relaks dan menyenagnkan. Hal ini sesuai dengan penemuan Institute for Advanced Study of Human Sexuality bahwa orang yang memiliki kehidupan seksual yang baik jarang merasa khawatir, cemas, gelisah, ramah, tidak pemberang, dan tidak memiliki sikap berkesan bermusuhan.

4. Menghilangkan Sakit Kepala 
Dr James Crouch dari Southern Illionis School of Medicine telah mempelajari 25 penderita migrain. Lalu semua pasien itu diminta melakukan hubungan seksual hingga mencapai orgasme. Hasilnya, sembilan di antaranya melaporkan sakit kepala mereka hilang begitu mereka mengalami orgasme.

Hal tersebut terjadi karena sesaat setelah orgasme, otak akan memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan hormon pembunuh rasa sakit. Hormon itu adalah hormon yang bekerja dan memiliki efek seperti morfin. Secara awam mungkin bisa diartikan bahwa semakin banyak orgasme, maka semakin banyak “obat sakit kepala” yang dikeluarkan.

5. Panjang Umur
Saat seseorang meraih orgasme, hormon dehydroepiandrosterone dilepaskan tubuh. Hormon ini baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, memperbaiki sel yang rusak, hingga menjaga kulit tetap segar. Mereka yang meraih orgasme setidaknya dua kali dalam seminggu berumur lebih panjang ketimbang mereka yang hanya sekali selama beberapa minggu.

“Melakukan hubungan seks itu lebih sehat daripada joging,” ungkap profesor dari Bristol University, Embarhim. Dengan melakukan kegiatan seksual sebanyak tiga kali seminggu, berarti Anda memperoleh ekstra pembakaran kalori hingga 8 ribu kalori per tahun. Bila tubuh melakukan pembakaran kalori yang mendekati sempurna ini, Anda akan merasa lebih sehat dan bahagia. Mungkin Anda belum mengetahui bahwa setiap 100 kali orgasme, berarti Anda terhindar dari kematian prematur hingga 36 persen. Itu karena darah dapat menembus daerah-daerah “mati” ketika melakukan seks, sehingga daerah-daerah itu bisa diperbarui.

6. Melancarkan Peredaran Darah
Berhubungan seksual secara rutin juga dapat memperlancar peredaran darah. Hal ini disebabkan karena saat bercinta jantung memompa darah lebih cepat, sehingga, membuat sirkulasi aliran darah segar yang secara otomatis mengalir ke setiap organ tubuh dengan lancar.

Peredaran darah yang lancar ini membuat tubuh kita senantiasa terlihat bugar karena oksigen beserta inti sari makanan yang dihantarkan oleh darah ke seluruh tubuh kita membawa manfaat yang baik untuk tubuh. Menurut buku Teach yourself. Training your brain, seks adalah bentuk sempurna dari latihan meningkatkan peredaran darah ke otak hingga melepaskan senyawa kimia yang dapat meningkatkan kekuatan otak.

7. Tidur Lebih Nyenyak
Jika Anda mencapai orgasme saat bercinta, tubuh akan menghasilkan oxytocin. Hormon tersebut memberikan segala macam manfaat kesehatan, seperti peningkatan mood, menekan cortisol (hormon stres), menurunkan tekanan darah, membuat kulit bercahaya, hingga perlindungan terhadap kanker.
Tak hanya itu, saat orgasme tubuh juga mengeluarkan hormon endorfin yang bisa membuat Anda dan pasangan rileks. Dua kombinasi hormon tersebut sudah pasti membuat tidur Anda lebih nyenyak setelah bercinta.

8. Meningkatkan Produksi Hormon
Lelaki dan perempuan masing-masing memproduksi hormon testosteron dan estrogen. Lelaki memproduksi lebih banyak testosteron, sedang perempuan lebih banyak memproduksi estrogen. Saat Anda melakukan hubungan seksual, produksi hormon tersebut akan meningkat.

Seperti dikutip dari laman conectique, hormon testosteron pada lelaki tidak hanya meningkatkan libido, namun bisa juga memperkuat tulang dan otot sekaligus menjaga kerja jantung agar selalu dalam kondisi stabil. Sedangkan pada perempuan, peningkatan hormon testosteron membuat wanita menginginkan penetrasi dengan pasangan Anda.
Aktivitas seksual juga meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh. Pada perempuan, hormon estrogen memberi efek sentimental, sekaligus melindungi mereka dari sakit jantung. Sedangkan bagi lelaki, efek dari peningkatan kadar estrogen justru akan membuat mereka lebih tenang.

9. Menjaga Bentuk Tubuh
Bagi yang ingin menjaga bentuk tubuh agar tetap proposional, ternyata kegiatan seksual juga bisa membantu Anda. Bahkan, anggapan melakukan hubungan seks sebanding dengan olah raga adalah benar.

Manfaat aktivitas seks yang lain adalah membuat tubuh tetap fit dan memotivasi Anda untuk menjaga bentuk tubuh agar tetap proposional. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan memaparkan, dengan melakukan hubungan seksual, Anda bisa membakar 150 kalori setiap setengah jam.

10. Mendekatkan dengan Pasangan
Kehidupan seksual yang sehat bisa meningkatkan kualitas dan hubungan yang lebih baik karena dapat mendekatkan individu dengan pasangannya. Melakukan hubungan seksual dan orgasme, maka akan terjadi peningkatan hormon oxytocin atau juga disebut hormon cinta. Hormon inilah yang dapat membantu pasangan suami-istri dapat membangun dan memperkuat tali ikatan dan rasa kepercayaan satu sama lain.

Peneliti dari Universitas Pittsburgh dan Universitas North Carolina mengevaluasi respons 59 wanita premenopause. Dari partisipan dihitung jumlah hormonnya sebelum dan sesudah melakukan hubungan dengan suami mereka yang diakhiri dengan berpelukan. Riset ini membuktikan bahwa semakin sering terjadinya sentuhan, makin tinggi kadar oxytocin. Kadar oxytocin ini membuat kita merasa ingin selalu mengasihi dan mengikat. berbagai sumber/ima/R-4

Sumber: Koran Jakarta, Selasa 10-04-2012

Linked Posts:
Hubungan Seksual Sebagai Indikator Kesehatan |
============================================================================
Promo Produk
MELIA BIYANG (HGH)
“RAHASIA MUDA KEMBALI DALAM GENGGAMAN”
HGH atau Human Growth Hormon (Hormon Pertumbuhan Manusia) dihasilkan oleh Kelenjar Pituitary. Jika volume produksi HGH manusia berkurang maka terjadi proses penuaan.
Melia Biyang adalah Ramuan alami yang berfungsi untuk merangsang kelenjar Pituitary agar terus memproduksi Hormon Pertumbuhan.


Kandungan Melia Biyang :
-Kolostrum (susu awal)
-Vitamin B1, B2, B3, B6, B9
-Asam Amino & Calsium

Manfaat Melia Biyang di antaranya :
-Meningkatkan daya ingat
-Menambah stamina fisik dan mental
-Meningkatkan kemampuan seksual
-Mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan imunitas
-Membantu penyembuhan darah tinggi/stroke
-Meningkatkan sistem metabolisme
-Meningkatkan kekuatan tulang
-Membantu mengembalikan warna rambut dan pertumbuhannya
-Merangsang fungsi organ-organ tubuh yang vital : Jantung,Hati,Pankreas,Limpa dan Ginjal

Dr. DANIEL RUDMAN :
Penggunaan HGH (Human Growth Hormon) selama 6 bulan secara teratur, akan mampu memperlambat perubahan penuaan kurang lebih 20 tahun


Hubungan Seksual Sebagai Indikator Kesehatan


Hubungan Seksual Sebagai Indikator Kesehatan

Kata Seksolog Dr Naek L Tobing : “Hubungan Seksual Sebagai Indikator Kesehatan”

Menurut seksolog yang berpraktek di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini bercinta memiliki tiga manfaat penting. “Yaitu, membuat pasangan happy, membuat hubungan suami-istri menjadi harmonis, dan menjadi indikator kesehatan,” terang Dr Naek L Tobing kepada Koran Jakarta.
Karenanya, jika tidak dilakukan secara teratur, maka secara otomatis akan membuat orang tersebut tidak happy, suka marah-marah, dan uring-uringan. “Melakukan kegiatan seksual dapat dilakukan sesering mungkin, namun paling tidak lakukan minimal satu kali seminggu,” pungkasnya. ima/R-4

Sumber: Koran Jakarta, Selasa 10-04-2012

Linked Posts:
Manfaat Seks Sehat |
============================================================================
Promo Produk
MELIA BIYANG (HGH)
“RAHASIA MUDA KEMBALI DALAM GENGGAMAN”
HGH atau Human Growth Hormon (Hormon Pertumbuhan Manusia) dihasilkan oleh Kelenjar Pituitary. Jika volume produksi HGH manusia berkurang maka terjadi proses penuaan.
Melia Biyang adalah Ramuan alami yang berfungsi untuk merangsang kelenjar Pituitary agar terus memproduksi Hormon Pertumbuhan.


Kandungan Melia Biyang :
-Kolostrum (susu awal)
-Vitamin B1, B2, B3, B6, B9
-Asam Amino & Calsium

Manfaat Melia Biyang di antaranya :
-Meningkatkan daya ingat
-Menambah stamina fisik dan mental
-Meningkatkan kemampuan seksual
-Mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan imunitas
-Membantu penyembuhan darah tinggi/stroke
-Meningkatkan sistem metabolisme
-Meningkatkan kekuatan tulang
-Membantu mengembalikan warna rambut dan pertumbuhannya
-Merangsang fungsi organ-organ tubuh yang vital : Jantung,Hati,Pankreas,Limpa dan Ginjal

Dr. DANIEL RUDMAN :
Penggunaan HGH (Human Growth Hormon) selama 6 bulan secara teratur, akan mampu memperlambat perubahan penuaan kurang lebih 20 tahun

Dampak Asap Rokok Pada Paru-paru


Paru-paru Anak Perempuan Lebih Mudah Rusak Akibat Asap Rokok

Asap rokok diketahui bisa berdampak buruk bagi tubuh termasuk anak-anak. Tapi studi terbaru menemukan dampak negatif asap rokok bagi paru-paru akan lebih buruk terjadi pada anak perempuan ketimbang anak laki.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh University of Cincinnati College of Medicine menemukan efek kesehatan yang negatif dari paparan asap rokok pada anak-anak lebih mempengaruhi anak perempuan daripada laki-laki, terutama jika sejak awal memang memiliki sensitisasi alergi.

Ahli epidemiologi yang tergabung dalam UC’s Cincinnati Childhood Allergy and Air Pollution Study (CCAAPS) menemukan anak-anak yang memiliki sensitisasi alergi dini (usia 2 tahun) dan terkena asap rokok tingkat tinggi akan berisiko lebih besar mengalami penurunan fungsi paru-paru saat usia 7 tahun.

Selain itu fungsi paru-paru pada anak perempuan akan 6 kali lebih buruk daripada anak laki-laki meski ia terkena tingkat paparan asap rokok yang sama dan memiliki sensitisasi alergen.

“Studi ini menunjukkan anak-anak yang peka pada usia 2 tahun lebih mungkin menderita defisit paru terbesar selama masa kecilnya akibat paparan asap rokok,” ujar Kelly Brunst, peneliti dari divisi epidemiologi dan biostatistik UC, seperti dikutip dari ScienceDaily, Rabu (28/3/2012).

Ini merupakan studi pertama yang melihat pengaruh jenis kelamin terhadap paparan asap rokok dengan menggunakan biomarker internal untuk perokok pasif yaitu cotinine (produk metabolisme nikotin) di rambut.
Studi yang telah diterbitkan secara online pada 21 Maret 2012 di jurnal scientific Pediatric Allergy and Immunology ini melibatkan 476 anak yang sejak lahir memang memiliki risiko alergi berdasarkan sejarah keluarganya dan melihat efek paparan lingkungan pada kesehatan pernapasan.

Setelah itu peneliti mengumpulkan sampel rambut tiap anak pada usia 2 dan 4 tahun untuk mengukur konsentrasi cotinine. Saat usia 7 tahun dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi paru dan asma. Hal ini karena paparan asap rokok selama masa kanak-kankak telah dikaitkan dengan gangguan pernapasan, penurunan fungsi paru dan asma.
“Kemungkinan terjadi interaksi yang kompleks antara asap rokok dan hilangnya fungsi paru pada anak, hal ini tergantung pada waktu paparan dan ‘beban total’ yang diterima anak,” ujar Grace LeMasters, PhD, profesors kesehatan lingkungan dan peneliti utama CCAAPS di UC.
(ver/ir)

Sumber: health.detik.com

TB Paru-paru Pada Anak


Tangkal TB Paru-paru pada Anak

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun berisiko terserang penyakit tuberkulosis paru-paru. Oleh karena itu, sedari awal orang tua hendaknya melakukan upaya pencegahan untuk menghindarkan buah hati tertular penyakit yang dapat mematikan tersebut.

Tiga hari belakangan ini, Kevin, bukan nama sebenarnya, kehilangan nafsu makan. Setiap kali sang ibu membujuknya untuk makan, bocah berusia 5 tahun itu tetap bergeming. Alhasil, berat badan Kevin pun menurun. Kondisi itu tak ayal membuat kedua orang tuanya cemas, apalagi hilangnya nafsu makan Kevin dibarengi dengan demam berulang-ulang.

Pada awalnya, ayah dan ibu Kevin mengira sang anak hanya terserang flu biasa. Namun, karena demamnya tak kunjung hilang tanpa sebab yang jelas, mereka pun semakin khawatir dan segera memeriksakan kesehatan sang buah hati ke rumah sakit. Di rumah sakit, dokter lantas menyarankan dilakukan tes mantoux pada Kevin. Tes tersebut biasanya untuk mendiagnosis adanya serangan kuman penyebab tuberkulosis (TB) pada tubuh seseorang.

Berdasarkan definisi medisnya, penyakit TB ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Penyakit TB kebanyakan menyerang striktur alveolar paru-paru. Apabila dilihat dari beberapa gejalanya, seperti berkurangnya nafsu makan, demam yang berulang-ulang, dan keluar keringat meski pada malam hari, Kevin diperkirakan terkena TB paru-paru anak.

Menurut Nastiti Kaswandani, dokter anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, sebenarnya gejala TB pada anak tidak ada yang khas dan bisa menyerupai gejala penyakit lain. “Namun, gejala yang sering dijumpai adalah demam berkepanjangan tanpa sebab yang jelas, batuk persisten, berat badan sulit naik atau bahkan menurun, tidak nafsu makan, dan kurang aktif bermain,” ujar Nastiti.

Meski demikian, tambah dia, kerap terdapat pula gejala khusus yang biasanya muncul jika kuman TB mengenai organ tertentu. Sebagai contoh, adanya benjolan multiple di bagian leher jika kuman TB menyerang kelenjar getah bening, adanya tonjolan pada tulang belakang jika kuman TB mengenai organ tersebut, serta terjadi kekejangan dan penurunan kesadaran jika kuman TB menyerang susunan saraf pusat anak.

Apa yang menimpa Kevin bukan tidak mungkin menimpa pula anak-anak lainnya. Bahkan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jumlah penderita TB paru-paru anak cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Dyah Erti Mustikawati, Kepala Sub Bidang Direktorat Pengendalian Penyakit Tuberkulosis Kemenkes, jumlah penderita TB paru-paru anak pada 2011 mencapai 10 hingga 12 persen dari seluruh jumlah kasus TB.

Sementara itu, berdasarkan data Riskesdas 2007 (Balitbangkes, 2008), pada 2010, Indonesia menduduki urutan keempat jumlah penderita baru TB terbanyak di dunia dengan 450 ribu kasus.

“Jumlah penderita TB paru-paru anak di setiap provinsi berbeda-beda. Ada yang jumlahnya mencapai 20 persen, tetapi ada pula yang hanya 2 sampai 3 persen dari total kasus,” kata Dyah di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Adanya kecenderungan meningkatnya jumlah penderita TB paru-paru anak diungkapkan pula oleh Nastiti. Dia memaparkan jumlah kasus TB pada anak mencapai sekitar 10 persen dari jumlah kasus TB secara keseluruhan. Pada umumnya, anak tertular TB dari orang dewasa yang terjangkit penyakit tersebut. Oleh karena itu, jumlah penderita TB anak bakal meningkat seiring bertambahnya penderita TB orang dewasa.

World Health Organization (WHO) juga melaporkan lebih dari 250 ribu anak terserang TB dengan angka kematian 100 ribu anak setiap tahunnya. Biasanya, anak penderita TB yang berisiko mengalami kematian adalah anak yang mengalami TB berat, seperti TB milier, TB selaput otak (meningitis), TB usus, dan TB hati. Risiko kematian tinggi lainnya juga dapat dialami oleh bayi berusia kurang dari 6 bulan, anak dengan gizi buruk, serta anak yang terkena HIV atau penyakit ganas lainnya.

Sebelum penyakit TB menyerang paru-paru seorang anak ada beberapa tahapan yang terjadi. Nastiti menjelaskan pada tahap awal kuman TB terhirup penderita dan kemudian masuk serta bereplikasi di dalam paru-paru. Dalam perkembangannya, kuman TB dapat menyebabkan kerusakan di jaringan paru-paru dan menyebar ke seluruh organ tubuh melalui pembuluh darah.

Kuman TB yang menyebar di berbagai organ tersebut bersifat dorman atau tidur (tenang), namun berpotensi menjadi aktif dan mengganggu organ yang terserang. Adapun beberapa organ tubuh yang sering terserang kuman TB selain paru-paru, antara lain kelenjar getah bening, tulang belakang, usus, hati, ginjal, mata, selaput otak, dan organ reproduksi.

Nastiti menjelaskan pada anak, gejala penyakit TB dapat timbul lebih cepat, sekitar beberapa pekan setelah terinfeksi kuman TB. Oleh sebab itu, dalam istilah medis sering kali TB pada anak disebut sebagai TB primer. Berbeda dengan anak-anak, pada orang dewasa mayoritas penderita terjangkit TB akibat proses reaktivasi kuman TB yang sebenarnya sudah lama terdapat di dalam tubuh, berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu. Karena reaktivasi itu, secara medis, kondisi tersebut diistilahkan dengan TB pascaprimer.

Menurut Dyah, ada satu hal yang patut diwaspadai terkait dengan penularan TB pada anak, yakni pada umumnya anak yang terkena penyakit TB adalah akibat tertular oleh penderita TB orang dewasa, terutama penderita TB yang dahaknya mengandung kuman TB. Kuman TB dapat berada di dalam percikan cairan yang dikeluarkan seseorang ketika batuk, bersin, atau berbicara. Dia menambahkan belakangan ini marak ditemukan kasus TB paru-paru pada anak lantaran tertular dari orang-orang di sekitarnya, seperti orang tua sendiri, kakek-nenek, pembantu, atau baby sitter yang positif terinfeksi bakteri TB.

Upaya Pencegahan
Lantas, upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mencegah terjangkitnya TB paru-paru pada seorang anak? Nastiti mengatakan upaya pencegahan pertama adalah dengan melakukan imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin). Vaksin BCG bermanfaat untuk mencegah anak terserang TB, terutama TB berat yang mengenai selaput otak, tulang belakang, dan organ penting lainnya. Tindakan pencegahan berikutnya adalah menjaga kebersihan lingkungan dari polutan, terutama asap rokok yang bisa menurunkan ketahanan saluran napas.

Hal lain yang harus diperhatikan, papar Nastiti, ialah jika diketahui ada orang dewasa terkena TB yang melakukan kontak dekat dengan anak, maka anak tersebut harus segera dibawa ke dokter untuk diperiksa. “Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah anak itu sudah terinfeksi kuman TB atau belum,” tambah dia.

Jika diketahui ada anak balita yang telah melakukan kontak dengan orang dewasa penderita TB, maka sebaiknya anak tersebut segera diberi obat pencegahan agar tidak tertular atau terjangkit penyakit TB. Oleh karena itu, Nastiti mengingatkan agar tidak tertular, sejak dini anak sebaiknya dijauhkan dan tidak dibiarkan melakukan kontak erat dengan pasien TB dewasa. (suci sekarwati)

Sumber: Koran Jakarta, Minggu 18 Maret 2012

Hati-hati Mengobati Diri Sendiri


6 Kesalahan Saat Mengobati Diri Sendiri

Di tengah himpitan ekonomi, banyak masyarakat berupaya melakukan pengobatan terhadap dirinya sendiri (self medicine). Mengobati diri sendiri boleh-boleh saja, asalkan dilakukan dengan baik dan benar.
Demikian disampaikan Prof. DR. dr. Rianto Setiabudy SpFK dari Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam diskusi bertema ‘Penggunaan Obat yang Rasional” Kamis (29/3/2012) di Jakarta.
“Pengobatan diri sendiri akan sangat bermanfaat karena dapat menghemat waktu dan biaya transpor, mengurangi biaya konsultasi dokter, dan sebagian penyakit di masyarakat tergolong penyakit yang cepat sembuh sendiri,” katanya.

Rianto menjelaskan, penyakit yang boleh diobati sendiri oleh orang awam memiliki ciri di mana penyakit biasanya bersifat ringan, akan sembuh sendiri dalam waktu singkat dan tidak berbahaya. Penyakit tersebut misalnya batuk pilek tidak lebih dari 5 hari, diare ringan selama beberapa hari, sakit kepala ringan, sembelit dan sukar tidur.
“Tetapi kadang kita harus hati-hati. Biarpun demam baru satu hari tapi kalau kejang, harus segera dibawa kedokter, karena ini bukan demam biasa,” katanya.

Rianto mengingatkan, ada sejumlah penyakit yang tidak boleh diobati sendiri oleh orang awam. Cirinya, penyakit ini biasanya cenderung menjadi berat, tidak sembuh sendiri (walaupun tidak terasa sakit). Misalnya, hipertensi, diare hebat, kencing maniskankerpenyakit ginjal dan jantung.

Meski begitu, Rianto menegaskan tidak semua orang mampu menerapkan praktik pengobatan diri sendiri secara benar. Ia menyebutkan, ada beberapa contoh kesalahan yang lazim dilakukan masyarakat dalam mengobati dirinya sendiri :

1. Mangobati flu, batuk, pilek dengan antibiotika.
“Ini sangat buruk dan manfaatnya tidak ada sama sakali. Tidak ada virus yang dapat diobati dengan antibiotika,” katanya.

2. Penggunaan vitamin secara belebihan
Rianto mengungkapkan, hasil riset The National Cancer Institute di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang yang setiap hari mengonsumsi lebih dari 1 macam multivitamin lebih besar risikonya menderitakanker prostat. “Meskipun kebenaran hasil penelitian tersebut masih diperdebatkan kalangan ilmuwan,” ungkapnya.

3. Menyisakan obat untuk “sakit yang akan datang”
Dalam beberapa kasus, Rianto mengamati, banyak pasien yang tidak menghabiskan obat yang diresepkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Misalnya, obat yang seharusnya dihabiskan dalam waktu seminggu, namun hanya diminum sampai hari ke empat (karena merasa badan sudah agak baikan), lalu sisanya disimpan dan dipakai kalau penyakitnya kembali kambuh.

4. Menggunakan obat dokter yang terlihat manjur untuk orang lain
“Jangan karena melihat teman atau saudara bisa sembuh dengan mengonsumsi obat dari pemberian dokter, lantas kita ikut-ikutan meminumnya,” ucapnya. Menurut Rianto, meskipun penyakit yang kita derita sama dengan orang lain, tetapi belum tentu obatnya sama. Karena tingkat keparahan penyakit setiap orang berbeda-beda.

5. Membeli obat keras tanpa resep dokter
Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, akses mendapatkan obat di Indonesia masih terlalu mudah. Bahkan obat yang seharusnya hanya dapat dibeli dengan resep dokter, dapat dengan mudah didapatkan di toko-toko obat. “Di Malaysia, kalau mau beli obat antibiotika harus pakai resep. Tapi kalau di Indonesia, tidak pernah ditanya resep. Maka sia-sia lah kita berteriak memerangi resistensi terhadap obat kalau sisitemnya masih seperti ini,” jelasnya.

6. Mengobati sendiri penyakit berbahaya
Sampai saat, ini masih ada sebagian masyarakat yang lebih percaya pengobatan tradisional ketimbang pergi ke dokter, khususnya dalam mengobati penyakit berbahaya seperti misalnya, kankerdiabetes,jantung.

Sumber: kompas.com, Kamis 29 Maret 2012