Kamis, 13 Mei 2010

Penyakit Demam Tifoid

Penyakit Demam Tifoid

Penyakit Demam Tifoid atau lebih dikenal dengan nama Penyakit Tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu bakteri Salmonella typhi. Penyakit tifus ini menyerang saluran pencernaan yang penularannya atau penyebarannya melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh bakteri Salmonella tersebut. Anak-anak dan Orang dewasa bisa terkena penyakit demam tifoid. Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat

Gejala Penyakit Demam Tifoid

Penyakit Demam Tifoid biasanya akan menunjukan gejala-gejala antara lain seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi (39° sampai 40°C), sakit kepala dan diare yang kadang-kadang bercampur darah, nyeri otot myalgia, badan lemah, kehilangan nafsu makan, denyut jantung lemah (bradycardia), dan pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda (“rose spots“)

Pencegahan Penyakit Demam Tifoid

Pencegahan Penyakit Demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang banyak ditemukan di daerah tropis. Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue secara geografis mirip dengan penyebaran penyakit malaria. Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun.

Wabah pertama Penyakit Demam Berdarah terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.

WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di daerah endemis demam dengue.

Penyebab Demam Bedarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotype memiliki perbedaan sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah tersebar atau ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue .

Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi (mialgia), sakit pada otot (artralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan – pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut

Demam berdarah umumnya berlangsung sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :

* Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.

* Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.

* Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.

* Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.

Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

Sumber: Wikipedia; dan dari Berbagai sumber

Mengobati Demam Berdarah Dengue
| DBD Cepat Sembuh Dengan Propolis

Chikungunya Atau Flu Tulang

Chikungunya Atau Flu Tulang – Juga Disebarkan Oleh Nyamuk Aedes Aegypti

Chikungunya. Nama penyakit ini terdengar lucu dan aneh bagi telinga orang Indonesia. Chikungunya berasal dari bahasa Swahili ( bangsa dan kebudayaan yang berada di pantai Afrika Timur) berdasarkan gejala yang terjadi pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.

Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973[1], kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001). Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada tahun 1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini.

Penyebab Chikungunya
Chikungunya disebabkan adanya infeksi virus chikungunya (CHIKV), yaitu jenis Alphavirus yang termasuk dalam keluarga Togaviridae, dan ditularkan atau disebarkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypty, nyamuk yang sama yang menularkan penyakit demam berdarah dengue.

Gejala penderita Chikungunya
Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulangtulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu

Masa inkubasi dari demam Chikungunya dua sampai empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai 10 hari. virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan.
Chikungunya dapat menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari.

Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.

Selasa, 11 Mei 2010

Waspada munculnya mutasi virus Dengue / Demam Berdarah

Waspada munculnya mutasi virus Dengue / Demam Berdarah

Mungkin dari sebagian kita pernah menerima e-mail atau sms seperti di bawah ini. Memang cukup mengejutkan sekaligus mengkhawatirkan mengingat sifat penyakit Demam Berdarah bisa berakibat fatal bila terlambat penangananya. Namun hal terpenting yang harus kita ingat adalah bahwa kita bisa sebaik mungkin mencegah dan menghindari penyakit Demam berdarah, karena masalah Ajal adalah Kuasa Allah. Walaupun banyak uang dan di tangani oleh dokter paling ahli pun tidak akan mampu mencegah Ajal.

Waspada munculnya mutasi virus Dengue / Demam Berdarah
Orang2 kalangan atas seperti Presdir Astra & Direktur Wings Biru yg notabene orang2 kelas atas menjadi korban tewas akibat mutasi virus DB! Virus ini tidakmenampakkan gejala umum DB, tidak ada demam tinggi, tidak ada bintik2 merah, penderita hanya merasa sedikit meriang & batuk2, sehingga hampir tiap penderita menganggapnya sebagai flu biasa, persis seperti yg dialami Presiden Direktur Astra & Wings, setelah beberepa hari gejala meriang tidak hilang (jelas tidak hilang karena DB kok diobati dgn obat flu), ke dua org tsb dibawa ke Singapore dan ke dua nya tidak tertolong.
Saran dari dokter2 Indonesia :
Begitu ada gejala meriang, SEGERA ke RS terdekat periksa darah, untuk mereka yg periksa darah pada hari ke 3 atau ke 4 biasanya tidak tertolong!
Jangan bawa pasien ke Singapore karena dokter2 disana tidak pengalaman menangani pasien DB, justru dokter2 kita lebih pengalaman. Virus ini bermutasi luar biasa, nyamuk pembawa virus bisa bertelur di genangan air yg tidak jernih sekalipun, bisa hidup di daerah tinggi yg dingin dan betah hidup di area perkotaan yg padat penghuni, karena itu lah virus ini disebut virus metropolis (Majalah Tempo)
Ibunda artis Lidya Kandou juga meninggal dengan gejala meriang, belum jelas apakah juga korban virus yg sama, yg jelas menurut Tempo nyamuk pembawa virus ini menggigit bekas pasien DB yg ditubuhnya masih ada sisa2 Virus DB yg “dormant” (tidur), saat mengigit itulah virus dari bekas pasien DB bersintesis dengan virus yg ditubuh sang nyamuk, ke 2 virus ini bermutasi melahirkan virus baru yg justru lebih berbahaya krn gejalanya tersamar sbg gejala flu biasa yg kita anggap remeh, jadi ber hati2 lah kalau kita mengalami gejala meriang, badan tidak enak & batuk2, segera ke RS terdekat minta pemeriksaan DB.
Semoga info ini bermanfaat!